Penetapan Bst Asam Organik


Dasar
Asam organik yang bereaksi dengan NaOH akan menghasilkan garam, karena asam organik adalah asam lemah dan NaOH basa kuat, maka garam yang terbentuk bersifat sedikit basa. Oleh karena itu indikator yang dipakai adalah yang bekerja pada suasana basa, yaitu Phenol Ptalein (PP) dengan warna TA merah muda seulas.

Reaksi
H+ + OH- --> H2O
Tujuan
Menetapkan Bst asam organik menggunakan metode alkalimetri
Alat dan Bahan
  • Alat
  • Kaca arloji
  • Labu ukur 100 mL
  • Pengaduk
  • Pipet volumetri 10 mL dan bulb
  • Erlenmeyer
  • Buret 50 mL
  • Corong
  • Piala gelas 400 dan 800 mL
  • Labu semprot
  • Pipet tetes
  • Statif dan klem
  • Alas titar dan alas baca buret
Bahan
  • Sampel asam organik
  • Air suling
  • NaOH 0,05 N
  • Indikator PP
  • Kertas saring penyeka
  • Kertas pengganjal corong
  • Korek api
Cara Kerja
  1. Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan dan ditata di atas meja kerja,
  2. Dipipet 10,00 mL asam organik ke dalam erlenmeyer, kemudian diencerkan dengan air suling hingga volumenya 100 mL,
  3. Larutan diteteskan 2 – 3 tetes indikator PP
  4. Larutan dititar dengan NaOH 0,05 N hingga mencapai TA (Titik Akhir) berwarna merah muda seulas, dan
  5. Serangkaian tahapan pekerjaan dilakukan minimal duplo dengan selisih volume penitar maksimal 0,10 mL.
Perhitungan
Catatan
Keterangan
Bst                   = Bobot setara
Np                    = Normalitas penitar
Vp                               = Volume titran yang dibutuhkan
FP                    = faktor pengenceran
Pembahasan
                Asam organik merupakan asam yang “terkadang sulit” untuk ditentukan bst-nya dan tergolong asam lemah sehingga apabila direaksikan dengan basa kuat seperti NaOH akan membentuk suatu garam normal yang bersifat sedikit basa sehingga digunakanlah indikator PP untuk menunjukkan TA. Pada saat praktikum, sampel asam dipipet akan tetapi saat diperhitungan, yang digunakan adalah mg asam. Hal ini dapat dilakukan jika diketahui berapa mg asam yang ditimbang untuk membuat larutan sampel tersebut. Faktor pengenceran diperoleh dari jumlah mL larutan sampel total dibagi dengan jumlah mL larutan sampel yang dipipet. Contoh :
Dibuat larutan asam organik dengan melarutkan 5 gram hablur dalam 1 L larutan, lalu dipipet 10 mL. Maka mg contoh adalah 5 gram atau 5000 mg, dan faktor pengenceran adalah 100 x.
Dalam volumetri, pekerjaan dilakukan minimal duplo dengan selisih maksimal 0,10 mL. Begitu pula pada penetapan ini.
 
Daftar Pustaka
Sulistiowati, S.Si, M.Pd; Nuryati, M.Pd, Dra. Leila; Yudianingrum, R. Yudi, 2014, Analisis Volumetri, Bogor : SMK – SMAK Bogor.
Yusuf Noer Arifin

Menyukai kreativitas, pemikiran kritis, dan pemecahan masalah. Untuk menghubungi saya, silakan kunjungi halaman kontak ya!

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung di blog ini. Jika berkenan, mohon tinggalkan komentar dengan bahasa yang santun dan tanpa tautan. Semua komentar selalu dibaca meskipun tak semuanya dibalas. Harap maklum dan terima kasih :)

Previous Post Next Post