Penetapan Kadar Campuran Na2CO3 dan NaOH Cara Warder


Dasar 
Campuran Na2CO3 dan NaOH bersifat basa sehingga dapat dititar dengan HCl, awalnya dengan indikator PP kemudian dengan indikator SM. Pertama – tama, NaOH akan bereaksi dengan HCl membentuk NaCl dan air, sedangkan Na2CO3 hanya bereaksi sampai terbentuk NaHCO3 dan didapat TA pada suasana sedikit basa (warna TA PP = merah muda seulas dengan range pH PP = ± 8,0 – 9,8). Pada reaksi kedua dengan indikator SM, NaHCO3 hasil reaksi pertama akan bereaksi dengan HCl menghasilkan NaCl dan H2CO3 yang akan terurai menjadi CO2  dan air dengan TA sedikit asam (warna TA SM = sindur, range pH SM =  ± 3,1 – 4,5).
Reaksi
NaOH + HCl (ind. PP) --> NaCl + H2O
Na2CO3 + HCl (ind. PP) --> NaHCO3 + NaCl
NaHCO3 + HCl (ind. SM) --> NaCl + H2CO3
H2CO3 --> H2O + CO2

Tujuan
Menetapkan kadar Na2CO3 dan NaOH Cara Warder dalam sampel campuran.

Alat dan Bahan
Alat
  • Pipet volumetri 10 mL dan bulb
  • Erlenmeyer
  • Buret 50 mL
  • Corong
  • Piala gelas 400 dan 800 mL
  • Labu semprot
  • Pipet tetes
  • Pembakar teklu
  • Kaki tiga dan kasa asbes
  • Statif dan klem
  • Alas titar dan alas baca buret
Bahan
  • Sampel campuran Na2CO3 dan NaOH
  • Air suling
  • HCl 0,05 N
  • Indikator PP dan SM
  • Kertas saring penyeka
  • Kertas pengganjal corong
  • Korek api
Cara Kerja
  1. Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan dan ditata di atas meja kerja,
  2. Dipipet 10,00 mL sampel campuran Na2CO3 dan NaOH ke dalam erlenmeyer, kemudian diencerkan dengan air suling hingga volumenya 100 mL,
  3. Larutan diteteskan 2 – 3 tetes indikator PP
  4. Larutan dititar dengan HCl 0,05 N hingga mencapai TA (Titik Akhir) berwarna merah muda seulas,
  5. Dicatat volume HCl 0,05 N yang dibutuhkan,
  6. Masih pada larutan yang sama, larutan di erlenmeyer tadi diteteskan indikator SM sebanyak 2 – 3 tetes,
  7. Larutan dititar kembali dengan HCl 0,05 N sehingga mencapai TA sindur,
  8. Volume HCl 0,05 N yang dibutuhkan dicatat kembali,
  9. Larutan dididihkan kemudian didinginkan, apabila larutan menjadi kuning maka dititar kembali dengan HCl 0,05 N sampai TA sindur, dan
  10. Serangkaian tahapan pekerjaan dilakukan minimal duplo dengan selisih volume penitar maksimal 0,10 mL.
Perhitungan

Keterangan
FP                    = faktor pengenceran
a                       = volume titran yang dibutuhkan saat penitaran pertama (indikatornya PP)
b                       = volume titran yang dibutuhkan saat penitaran kedua (indikatornya SM)
Np                    = Normalitas penitar
Bst NaOH      = Mr = 40
Bst Na2CO3   = ½ Mr = 53

Pembahasan
Dalam penetapan kadar campuran Na2CO3 dan NaOH cara Warder ini digunakan HCl sebagai titran karena campuran Na2CO3 dan NaOH bersifat basa, sedangkan HCl bersifat asam sehingga keduanya dapat saling bereaksi. Metode ini sering disebut netralisasi karena sifat reaksi antara asam dan basa adalah reaksi netralisasi.
Indikator merupakan syarat yang penting bagi titrasi. Pada netralisasi, indikator yang digunakan adalah indikator pH yang bekerja dengan perubahan warna yang tajam pada pH tertentu. Kali ini digunakan indikator PP pada penitaran pertama dan SM pada penitaran kedua. Pada penitaran pertama,  NaOH akan bereaksi dengan HCl menghasilkan garam NaCl dan air, sedangkan Na2CO3 akan bereaksi dengan HCl membentuk NaCl dan NaHCO3, dimana NaHCO3 adalah garam yang bersifat basa sehingga digunakan indikator yang bekerja pada suasana basa yaitu Phenol Ptalein (PP). Pada penitaran kedua, NaHCO3 yang terbentuk akan bereaksi dengan HCl membentuk NaCl dan H2CO3, dan digunakan indikator Sindur Methyl (SM) yang bekerja pada suasana asam.
Di bawah ini dijelaskan pembuktian perhitungan penetapan kadar NaOH dan Na2CO3 cara Warder 
Setelah TA pada penitaran kedua tercapai, maka perlu dilakukan pendidihan untuk menguraikan H2CO3 yang terbentuk, jika warna larutan menjadi kuning maka perlu dilakukan penitaran kembali hingga TA tercapai (sindur). Akan tetapi perlu diperhatikan juga bahwa pendidihan yang berlebih dapat merusak indikator sehingga perubahan warna tidak terlalu tajam, sedangkan apabila pemanasannya kurang maka H2CO3 akan mempengaruhi kinerja indikator sehingga didapatkan TA yang kurang tepat.
Dalam analisis volumetri, tahapan analisis dilakukan minimal duplo (dua kali pengerjaan) karena untuk memastikan data yang diperoleh akurat dan selisih volume titran yang diperbolehkan maksimal 0,1 mL apabila dilakukan duplo pemipetan (contoh : 9,80 dan 9,90 mL), jika lebih maka dilakukan triplo. Akan tetapi selisih volume titran maksimal 0,1 mL ini tidak berlaku apabila duplo yang dilakukan adalah penimbangan.
Daftar Pustaka
Sulistiowati, S.Si, M.Pd; Nuryati, M.Pd, Dra. Leila; Yudianingrum, R. Yudi, 2014, Analisis Volumetri, Bogor : SMK – SMAK Bogor.

Baca juga:

Campuran Na2CO3 NaOH Cara Warder, Cara Warder, Penetapan Kadar Campuran Na2CO3 dan NaOH Cara Warder, Analisis Volumetri, 
Yusuf Noer Arifin

Menyukai kreativitas, pemikiran kritis, dan pemecahan masalah. Untuk menghubungi saya, silakan kunjungi halaman kontak ya!

4 Comments

Terima kasih sudah berkunjung di blog ini. Jika berkenan, mohon tinggalkan komentar dengan bahasa yang santun dan tanpa tautan. Semua komentar selalu dibaca meskipun tak semuanya dibalas. Harap maklum dan terima kasih :)

Previous Post Next Post