Penetapan Kadar Tembaga Metode De Haen Iodometri


Dasar

Dalam suasana asam, Cu2+ dapat mengoksidasikan KI menjadi I2 bebas sebanding yang berwarna cokelat, dimana I2 bebas sebanding tersebut dapat dititar dengan Na2S2O3 dan indikator kanji yang ditambahkan menjelang TA (warna TA larutan tak berwarna endapan putih susu).

Reaksi
2 CuSO4 + 2 KI --> 2 CuI2 + 2 K2SO4
2 CuI2 --> 2 Cu2I2 + I2
Putih     putih susu
I2 + Na2S2O3 --> 2 NaI + Na2S4O6

Tujuan
Menetapkan kadar tembaga dengan metode De Haen

Alat dan Bahan
Alat
  • Kaca arloji
  • Labu ukur 100 mL
  • Pipet volumetri 10 mL
  • Pengaduk
  • Erlenmeyer asah
  • Buret 50 mL
  • Corong
  • Piala gelas 400 dan 800 mL
  • Labu semprot
  • Pipet tetes
  • Statif dan klem
  • Alas titar dan alas baca buret
Bahan
  • Sampel
  • Na2S2O3 0,1 N
  • H2SO4 4 N
  • HCl 4 N
  • Air suling
  • KI 10%
  • Kertas saring penyeka
  • Kertas pengganjal corong
Cara Kerja
  1. Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan dan ditata di atas meja kerja,
  2. Ditimbang ± 2 gram sampel,
  3. Dimasukkan ke labu ukur 100 ml, ditambahkan beberapa tetes H2SO4 4 N lalu diimpitkan,
  4. Dipipet 10,00 ml larutan, dimasukkan ke Erlenmeyer asah,
  5. Diencerkan dengan 50 ml air, ditambahkan 5 ml HCL 4N dan 10 ml KI 10%
  6. Larutan dititar dengan Na2S2O3 0,1 N hingga krem muda,
  7. Ditambahkan indikator kanji,
  8. Dititar kembali dengan Na2S2O3 0,1 N hingga TA larutan tak berwarna endapan putih susu, dan
  9. Serangkaian tahapan pekerjaan dilakukan minimal duplo dengan selisih volume penitar maksimal 0,10 mL.
Perhitungan
Keterangan
mg contoh            = Bobot contoh yang ditimbang
N Tio                   = Normalitas Tio
Vp                              = Volume titran yang dibutuhkan
FP                       = Faktor pengenceran
Bst Cu adalah Mr = 63,5.

Pembahasan
Metode Iodometri merupakan metode redoks dimana menggunakan larutan baku Tio (Na2S2O3) sebagai titran. Jenis penitarannya tergolong tidak langsung dimana ditambahkan zat ketiga yaitu KI untuk membebaskan I2 bebas yang nantinya dititar dengan Tio. Suasana oksidasi KI oleh ion Cu2+ menjadi I2 akan optimum pada suasana asam, oleh karena itu ditambahkan HCl. Digunakan Erlenmeyer asah karena I2 merupakan zat yang mudah menyublim, jika I2 menyublim maka jumlah titran akan semakin berkurang dari yang seharusnya. Penambahan H2SO4 dilakukan agar ion Cu2+ tidak terhidrolisis.
Indikator yang digunakan pada titrasi Iodometri adalah indikator kanji (amilosa) yang akan menghasilkan warna biru ketika bereaksi dengan I2. Akan tetapi, penambahan kanji dilakukan saat konsentrasi I2 sudah sedikit. Jika kanji ditambahkan saat I2 masih banyak, maka kanji akan “mengurung” I2 sehingga tidak semua I2 bereaksi dengan Tio. Akibatnya, jumlah titran yang dibutuhkan semakin sedikit dari yang seharusnya.

Daftar Pustaka
Sulistiowati, S.Si, M.Pd; Nuryati, M.Pd, Dra. Leila; Yudianingrum, R. Yudi, 2014, Analisis Volumetri, Bogor : SMK – SMAK Bogor.
Penetapan kadar tembaga, penetapan kadar Cu, penetapan kadar tembaga De Haen, penetapan kadar Cu De Haen, penetapan kadar tembaga Iodometri
Yusuf Noer Arifin

Menyukai kreativitas, pemikiran kritis, dan pemecahan masalah. Untuk menghubungi saya, silakan kunjungi halaman kontak ya!

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung di blog ini. Jika berkenan, mohon tinggalkan komentar dengan bahasa yang santun dan tanpa tautan. Semua komentar selalu dibaca meskipun tak semuanya dibalas. Harap maklum dan terima kasih :)

Previous Post Next Post